Es Kutub Utara Mencair Lebih Cepat

Posted by tris tecno Rabu, 24 Desember 2008 0 komentar
Washington.
Lapisan es di Kutub Utara terus mencair lebih cepat dari sebelumnya akibat pengaruh pemanasan global. Pantauan lapisan es di Kutub Utara yang dilakukan satelit dalam 30 tahun ini memperlihatkan lapisan es disana mencapai tingkat terendah pada Agustus tahun 2008 ini.

Para peneliti Amerika Serikat dari Pusat Data Nasional Salju dan Es (NSIDC) menyebutkan, pada pengukuran 26 Agustus, luas permukaan es di Kutub Utara menyusut hingga 5,26 juta kolometer persegi, berkurang dibandingkan dengan 21 September 2005 yang seluas 5,32 juta kilometer persegi.

Sejak awal Agustus, menurut Boulder, badan pemantauan Kutub Utara yang berbasis di Colorado, AS, permukaan es disana menyusut sebanyak 0.006 juta kilometer persegi.

Mencairnya es di Kutub Utara, menurut NSIDC, berlangsung sangat cepat dan ekstensif. Ini memungkinkan luas permukaan es akan menyusut hingga dibawah 4,25 juta kilometer persegi. Angka 4,25 juta kilometer persegi, berdasarkan pantauan satelit, merupakan angka terendah luas permukaan es di Kutub Utara, yang tercatat pada musim panas tahun 2007.

Rata-rata luas permukaan es di Kutub Utara, menurut pantauan, selama tahun 1979-2000 adalah 7,23 juta kilometer persegi.

"Intinya adalah tren negatif es pada musim panas memperpanjang berlanjutnya kecenderungan yang telah berlangsung beberapa dekade," demikian tulis NSIDC dalam laporannya.

Glasiologis NSIDC, Mark Serreze memperingatkan, Kutub Utara bahkan bisa tidak berlapiskan es lagi pada bulan September untuk pertama kalinya dalam sejarah modern.

hiii serem banget kaan?

sumber : Kompas.

HOAX

Posted by tris tecno Sabtu, 13 Desember 2008 0 komentar
walau ini HOAX, gak ada salahnya dibaca, untuk semakin mengingatkan kita tentang bahaya Global Warming dan terus melakukan sesuatu yang lebih baik untuk bumi kita tercinta ini.


Ramalan Jucelino juga menyebutkan kedatangan jaman es
Ia juga meramalkan dengan tepat tentang anomali cuaca, salah
satunya, pada tahun 2003 terjadi suhu panas di Eropa, di dalam surat
peringatan tanggal 29 Oktober 2001 Jucelino meramalkan: “Alam akan
menyerang balik bumi, kenaikan temperatur di Perancis, Jerman dan
Portugal menimbulkan puluhan ribu korban tewas, bencana ini bisa
terjadi pada tahun 2003 dan 2004.” Realitanya, suhu musim panas di
Eropa pada tahun 2003 mencapai puncaknya, terdapat sekitar 35 ribu
orang mati kepanasan. Diantaranya di Perancis dan Jerman yang paling
hebat, korban tewas di Perancis sebanyak 14.000 jiwa, di Jerman
sekitar 7.000 orang.

Disimak dari ramalan Jucelino, pemanasan global semakin lama semakin
naik, sampai tahun 2012 suhu di negara Afrika barangkali bisa
mencapai 58° Celcius yang meresahkan orang, bersamaan dengan itu
juga bisa terjadi kekurangan air yang parah, sesudah itu suhu juga
akan sema-kin naik, hingga tahun 2015 suhu rata-rata bumi bisa
mencapai 59° Celcius, banyak orang akan mati kepanasan, ketakutan
besar umat manusia akan semakin menggl-bal. Apabila betul-betul
terjadi seperti itu, tentu saja bisa berakibat kekeringan dan
kekurangan pasokan pangan dan menimbulkan ketegangan antar negara,
Ju-celino juga meramalkan tahun 2011 bisa jadi kekurangan air maka
menimbulkan meletusnya perang baru, tentang perang ini ia tidak
meramalkan secara rinci, namun dirasakan itu bukannya perang
perbatasan yang sederhana.

Bagaimanapun gejala pemanasan yang terjadi sekarang ini bukannya
seperti yang dianggap para pakar cuaca bahwa “kecepatan pemanasan
sangat lamban”, melainkan melonjak dengan drastis. Akan tetapi
pemanasan seolah-olah juga mutlak tidak berlangsung terus menerus,
sesudah pemanasan global, telah menanti gejala berbalik menjadi
ekstrim dingin. Asalkan suhu bumi sedemikian meningkat drastis,
pulau Greenland dan kutub selatan akan ada es dalam jumlah cukup
besar yang meleleh, hal mutlak yang tak dapat dihindari, alhasil
sirkulasi besar samudra menjadi lemah sehingga berubah menjadi efek
pendinginan, meluncur secepat kilat, yang me-nandakan akan terjadi
sebuah kelahiran jaman es baru. Dalam ramalan Jucelino sepertinya
juga dibuktikan bahwa pada tahun 2027 sesudah terjadi keadaan
pendinginan global, masih lagi akan menghadapi sebuah jaman es yang
baru. Isi detail ramalan tersebut :

“Gunung berapi Yellow Stone Park di Amerika mulai meletus, oleh
karena semburan api begitu besar sehingga menga-kibatkan lahar dan
asap akan meluas ke segala penjuru hingga sejauh 1.600 km, seperti
Kansas, Nebraska dan Montana dan lain sebagainya, bakal mengalami
bencana besar, sesudah gunung api ini meletus bisa terlahir lagi
jaman es baru. Letusan gunung berapi bukan hanya terjadi di Yellow
Stone Park , di seluruh tempat di dunia bisa juga terjadi, oleh
karena semburan asap telah menutupi matahari, lebih-lebih lagi arus
sirkulasi besar dari samudera terhenti maka telah merangsang
pembentukan gejala pendinginan global.

Report : Global Day Action

Posted by tris tecno Rabu, 10 Desember 2008 0 komentar


Acara Greenpeace yang diadakan pada 6 Desember 2008 lalu. yang kami lakukan :
- face painting
- long march
- making human banner




Global Warning of Global Warming

Posted by tris tecno Senin, 01 Desember 2008 0 komentar
Pernyataan di bawah berikut ini mungkin akan membuat kita tersentak sekaligus terbelalak. Ia berbunyi: “Pernyataan pemanasan global itu sungguh nyata cuma omong kosong. Pernyataan itu diulang-ulang oleh para aktivis guna meyakinkan sekaligus menakut-nakuti publik bahwa iklim akan berubah menjadi malapetaka, dan aktivitas manusialah penyebab utamanya.” Kalimat itu diucapkan senator AS dari Partai Republik, James Inhofe, yang juga merupakan Ketua Environment and Public Works Committee Senat AS, setahun lalu.

Pernyataan itu diperkuat lagi dengan pernyataan Direktur NASA Michael Griffin dalam wawancara dengan sebuah radio lokal di AS belum lama ini, yang menunjukkan keraguan sang direktur bahwa pemanasan global adalah tantangan terbesar yang harus diatasi manusia. Dalam wawancara tersebut, salah satu petikan pernyataan Griffin yang kemudian banyak dikutip adalah, “Iklim bumi saat ini adalah iklim yang terbaik yang pernah kita punyai.”

Benarkah pemanasan global sungguh-sungguh merupakan akibat dari ulah manusia yang terlalu rakus mengeksploitasi bumi dan ceroboh menjaga keseimbangan alam? Apakah pemanasan global dan perubahan iklim adalah hal terpenting yang harus diatasi manusia?

Inhofe memaparkan beragam fakta dan kutipan yang mendukung argumennya. Menurutnya, media memainkan peranan penting dalam menggelorakan isu yang tidak benar ini. Ia pun mengungkapkan penelusurannya terhadap laporan beberapa media terkemuka seperti Newsweek, Majalah Time, Harian New York Times, Chicago Tribune, dan juga Jurnal Science News. Didapatinya, media-media tersebut pada era tahun 1900-an justru melaporkan kekhawatiran akan datangnya abad es, bukan pemanasan atau melelehnya es. Hingga periode 1920-1930-an sampai menjelang akhir tahun 1970-an, media-media terkemuka di AS itu masih sangat gencar memberitakan dan melaporkan bahaya perubahan bumi menjadi bola es.

Ia pun melecehkan Protokol Kyoto, sebuah protokol yang ditandatangani oleh sebagian besar negara di kolong bumi ini guna mengurangi emisi gas-gas pembentuk rumah kaca di mana AS menolak menandatanganinya, sebagai kesepakatan dan solusi yang tidak ada artinya dalam rangka mengurangi emisi gas-gas berbahaya ke atmosfir bumi. Menurutnya, cara paling efektif untuk mengurangi gas-gas tersebut adalah penggunaan alat pembersih gas dan teknologi yang lebih efisien untuk menekan gas tersebut bertebaran ke angkasa.

Namun pernyataan Inhofe berbau politis itu tak menyurutkan gerakan global di seluruh dunia bahwa ancaman pemanasan bumi sungguh-sungguh nyata dan harus diperangi dari sekarang oleh semua pihak. Inhofe, politisi dari Partai Republik, sebagaimana halnya Presiden AS George W. Bush yang juga dari Partai Republik, jelas tidak mau kepentingan mereka terusik terusik gara-gara harus menekan emisi gas rumah kaca yang di AS sebagian besar dihasilkan dari pembangkit listrik berenergi fosil (BBM, batubara).

Tak hanya Inhofe dan Bush yang bersikap “bebal” terhadap perubahan iklim. Lebih dari 17 ribu ilmuwan -- dua ribu lebih di antaranya adalah fisikawan, geofisikawan, ahli iklim, ahli meteorologi, dan pakar lingkungan- menandatangani petisi yang diedarkan oleh Oregon Institut of Science and Medicine di AS. Salah satu kalimat dalam petisi itu menyatakan, “Tidak ada bukti-bukti ilmiah bahwa pelepasan gas karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan gas-gas rumah kaca lainnya yang mengakibatkan pemanasan akut terhadap temperatur bumi dan kerusakan pada iklim bumi.”

Terlepas dari kenyataan dan pernyataan politik yang diungkapkan di atas, fakta-fakta berikut ini berbicara jauh lebih kuat dan nyata, memperlihatkan ke mana arah perubahan iklim di bumi ini akan menuju dan bermuara.

Fakta-fakta

Kita mulai dari yang jauh dengan kita, Laut Arktik. Lautan ini sebagian besar dikenali sebagai samudera es. Ilmuwan yang mengamati perubahan pada lautan es ini mencatat terjadinya peningkatan panas dua kali lebih cepat dibandingkan pemanasan di tingkat global. Sejak tahun 1980, samudera es yang terletak Arktik yang berada di wilayah Eropa telah mencair antara 20-30 persen.

Masih di Eropa, pegunungan Alpens yang tadinya sebagian besar diselubungi salju mengalami kemerosotan deposit salju yang parah. Delapan dari sembilan area gletser/glacier menunjukkan derajat kerusakan yang signifikan dan dalam kurun waktu satu abad sudah kehilangan sepertiga dari wilayah es.

Tidak hanya di Eropa, seluruh dataran tinggi di dunia yang selama ini dikenal memiliki puncak gunung es juga lumer. Salju di puncak gunung tertinggi di Afrika, Kilimanjaro, setiap bulannya meleleh tak kurang dari 300 meter kubik. Gunung yang terletak di Tanzania ini menderita kebotakan salju parah bilamana membandingkan foto udara yang diambil pada tahun 1974, 1990, dan 2001. Dalam periode satu abad pengamatan, salju di puncak gunung itu meleleh hingga mencapai 82%. Bila salju tak lagi betah hinggap di puncak gunung itu, nama gunung itu boleh jadi harus diubah, karena Kilimanjaro dalam bahasa setempat berarti gunung yang putih atau gunung yang bercahaya.

Mari beralih ke kawasan yang melahirkan banyak seniman bola, Amerika Selatan. Salju di negeri-negeri seperti berdataran tinggi seperti Argentina, Peru, Chili juga menurun drastis. Pegunungan Andes, salah satu surga salju di dunia, mengalami pelelehan salju ke arah puncak gunung yang sangat signifikan. Antara tahun 1963 hingga 1978, salju mencair rata-rata 4 meter per tahun, dan sejak tahun 1995 hingga sekarang, pelelehan salju mencapai kecepatan 30,1 meter per tahun di seluruh kawasan yang mengandung glacier. Sementara di Venezuela, negeri penghasil Miss World terbanyak, dari 6 glacier yang dimiliki negeri tersebut pada tahun 1972, kini hanya tersisa dua lagi, dan akan hilang paling lambat 10 tahun sejak sekarang.

Konsekuensi dari melelehnya salju adalah meningkatnya permukaan air laut, pertama-tama di kawasan tersebut. Di negeri bola Brasil, garis pantai yang hilang menjadi lautan rata-rata berkisar 1,8 meter per tahun pada kurun waktu antara 1915 hingga 1950 dan meningkat menjadi 2,4 meter per tahun pada kurun waktu sepuluh tahun antara 1985-1995.

Apa yang terjadi di Asia, juga di Indonesia, akibat pemanasan global? Sama dengan yang terjadi di benua lain, salju-salju di dataran tinggi Asia mengalami pelelehan yang drastis sekaligus dramatis. Himalaya, gunung tertinggi di dunia yang menjadi kantong air beku di “atap langit” terus kehilangan saljunya secara konsisten. Glacier-glacier di Pegunungan Himalaya yang tersebar di negara-negara seperti India, Tibet, Bhutan, China, terdegradasi dengan amat cepat. Tujuh sungai besar di Asia yang bermata air dari Himalaya yakni Gangga, Indus, Brahmaputra, Mekong, Thanlwin, Yangtze, dan Sungai Kuning terancam eksistensinya yang berakibat pada ratusan juta umat manusia di kawasan sepanjang aliran sungai-sungai itu.

Tak hanya di kawasan Asia Selatan, salju di Asia Tengah yang juga terus lenyap satu per satu. Itu terjadi pula di Puncak Jaya, Papua, satu-satunya daerah pegunungan tinggi di Indonesia yang memiliki salju. Bila foto udara pada tahun 1972 memperlihatkan puncak gunung yang hampir seluruhnya diselimuti salju, sekarang puncak gunung itu hanyalah berisi bebatuan dan pepohonan belaka. Artinya, tidak ada lagi salju di sana.

Pelelehan es yang diungkap di atas baru merupakan sebagian dari yang sebenarnya terjadi. Berdasarkan laporan terakhir Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) terakhir yang dirilis tahun 2007 ini, 30 salju di pegunungan di seluruh dunia kehilangan ketebalan hingga lebih dari setengah meter hingga tahun 2005 saja. Dua tahun yang terakhir belum masuk dalam laporan tersebut.

Konsekuensi dan Risiko

Karena energi bersifat kekal, salju-salju tadi dengan sendirinya tidak hilang dan hanya berubah bentuk. Ibarat es yang ada dalam sebuah gelas, ketika ia terkena panas dan mencair, volume air itu tidak berkurang atau bertambah, melainkan hanya berubah. Maka, konsekuensi pertama dari meningkatnya suhu bumi yang melelehkan salju dan deposit-deposit air tadi adalah kian bertambahnya air di permukaan bumi. Peningkatan tersebut dapat dideteksi di seluruh penjuru bumi dan dibuktikan melalui sejumlah foto udara yang membandingkan suatu kawasan pada puluhan tahun silam dengan kondisi kontemporer.

Namun, konsekuensi meningkatnya suhu bumi tidaklah sesederhana itu. Perubahan-perubahan ekologis yang terjadi pada lingkungan di mana manusia dan makhluk hidup lainnya hidup membawa dampak yang mengerikan bagi umat manusia. Hukum fisika menyatakan, angin bergerak dari tempat yang dingin ke tempat yang lebih panas. Nah, perbedaan temperatur suatu kawasan dengan kawasan lain yang sangat ekstrem pada waktu bersamaan telah memicu munculnya angin topan, badai, dan tornado menjadi lebih sering dibandingkan beberapa tahun silam. Negara-negara di kawasan Amerika Utara, Tengah, Selatan dan Karibia, Eropa, juga Asia Selatan dan Timur sudah merasakan dampak yang ditimbulkan dari topan badai ini. Topan yang memiliki nama-nama nan indah menerpa warga di seluruh bumi secara memilukan dan sekaligus mematikan.

Arus pergerakan air tidak hanya membawa musibah banjir bandang, tetapi juga disertai tanah longsor akibat penggundulan hutan yang berlangsung setiap menit. Dalam waktu bersamaan, belahan dunia yang satu terancam kekeringan dan kebakaran, tempat lainnya dilanda topan badai, banjir dan tanah longsor yang menyengsarakan ratusan juta umat manusia.

Konsekuensi di Tingkat Lokal


Kekeringan di daerah Gunung Kidul misalnya, mungkin saja sudah menjadi fakta jamak yang berlangsung setiap tahun dan sudah sejak puluhan tahun hal itu terjadi. Akan tetapi, kesulitan air yang dialami oleh warga di lereng Gunung Merapi lima tahun terakhir ini misalnya, tentu sebuah fakta baru yang menunjukkan betapa air makin sulit didapat.

Kesulitan para petani sayuran di lereng Gunung Merbabu misalnya, juga sesuatu yang masih terdengar asing. Grojogan Sewu memang masih menumpahkan airnya. Tetapi dibandingkan lima belas tahun silam misalnya, grojogan itu sekarang telah berubah menjadi tak lebih dari pancuran. Beberapa puluh tahun yang akan datang, boleh jadi ia tinggal menjadi tetesan saja.

Itu baru dari sisi kelangkaan air. Dari sisi perubahan iklim, semua kota dan wilayah di Indonesia menjadi korbannya. Di Jawa bagian tengah misalnya, Kaliurang di Jogjakarta, Tawangmangu di Karanganyar, atau Bandungan di Semarang, sekarang bukan lagi didatangi wisatawan karena udaranya yang sejuk dan dingin, tetapi karena kelatahan dan cap yang terlanjut melekat sebagai daerah wisata. Itu saja. Dahulu, di daerah-daerah tersebut kabut dingin senantiasa turun setiap pagi sepanjang tahun. Sekarang, ia hanya bisa dijumpai beberapa kali sepanjang tahun, itupun sangat tergantung dari musim.

Di Puncak Jaya, Papua, salju tidak lagi hinggap di puncaknya sejak beberapa tahun silam. Ini menandai era berakhirnya eksistensi satu-satunya kawasan bersalju di Indonesia. Dan ini sekaligus membuktikan, bahwa bumi yang makin panas bukanlah fakta gombal melainkan kenyataan aktual.

Ironisnya, dalam situasi udara yang makin panas, orang lalu mencari cara untuk mendinginkannya, tetapi hanya untuk diri mereka sendiri. Pendingin udara adalah pilihan pragmatis untuk ini, tetapi alat inipun hanya bisa dijangkau oleh lapisan masyarakat golongan menengah ke atas. Masyarakat miskin jelas tak bisa mengelak dari kegerahan.

Ironisnya, penggunaan pendingin udara yang makin masif dan intensif pada sebagian besar rumah tangga di perkotaan secara akumulatif justru mendorong terciptanya bumi yang makin panas akibat gas-gas yang dihasilkan oleh pendingin udara tersebut tidak ramah lingkungan. Sudah begitu, penggunaan pendingin udara yang intensif itu juga memicu meningkatnya kebutuhan listrik yang terus membesar –yang lagi-lagi ironisnya— sementara listrik tersebut diproduksi dengan menggunakan bahan bakar fosil yang tak ramah terhadap lingkungan dan memberi kontribusi terbesar pada pemanasan secara global.

Lingkaran setan ini jelas menggiring masyarakat yang paling miskin dan tak memiliki akses terhadap sumber daya ekonomi yang memadai menjadi korban. Jumlah masyarakat yang kian tersisih dari lingkaran ini niscaya akan terus membesar karena perseteruan dan kata sepakat tentang upaya kongkret memerangi perubahan iklim ini mengalami kebuntuan yang akut.


dikirim oleh : Asri Fairuz Febriantami

Masalah Kemasan Plastik Terkait Dengan Kelestarian Lingkungan

Posted by tris tecno 0 komentar
Pengemasan adalah salah satu hal yang sangat penting dalam industri pangan. Dalam industri pangan, pengemasan berkaitan langsung dengan keamanan produk disamping pada aspek lainnya. Kemasan memiliki fungsi utama untuk melindungi produk dari kerusakan yang ditimbulkan oleh lingkungan. Hal ini sangat jelas mengingat produk-produk pertanian dan industri pertanian kebanyakan sangat rentan mengalami kerusakan yang berakibat pada turunnya kualitas produk.Selain untuk menjaga kualitas produk, kemasan juga berfungsi sebagai media informasi produk kepada konsumen. Dalam kemasan dapat dicantumkan segala macam informasi tentang produk seperti komposisi, kandungan nilai gizi dan standard mutu yang digunakan. Selain itu, kemasan juga memiliki nilai penting dalam bidang pemasaran. Karena itu, selain mempertimbangkan aspek keamanan produk juga harus diperhatikan aspek estetika dan preferensi konsumen yang berhubungan dengan kemasan produk.Salah satu bahan pengemas yang paling populer digunakan adalah plastik. Plastik merupakan salah satu bahan yang paling umum kita lihat dan gunakan. Bahan plastik secara bertahap mulai menggantikan gelas, kayu dan logam. Hal ini disebabkan bahan plastik mempunyai beberapa keunggulan, yaitu ringan, kuat dan mudah dibentuk, anti karat dan tahan terhadap bahan kimia, mempunyai sifat isolasi listrik yang tinggi, dan dapat dibuat berwarna maupun transparan dan biaya proses yang lebih murah. Salah satu contoh kemasan plastik yang sering digunakan adalah kemasan botol. Popularitas botolplastik telah menggeser popularitas botol gelas karena lebih murah, lebih ringan dan lebih fleksibel.

Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa. Polimer adalah suatu bahan yang terdiri dari unit molekul yang disebut monomer. Jika monomernya sejenis disebut homopolimer, dan jika monomernya berbeda akanmenghasilkan kopolimer. Secara garis besar, plastik dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu :plastik thermoplast dan plastik thermoset. Plastik thermoplast adalah plastik yang dapat dicetak berulang-ulang dengan adanya panas. Yang termasuk plastikthermoplast antara lain : PE, PP, PS, ABS, SAN, nylon, PET, BPT, Polyacetal (POM), PC dll. Sedangkan palstik thermoset adalah plastik yang apabila telah mengalami kondisitertentu tidak dapat dicetak kembali karena bangun polimernya berbentuk jaringan tiga dimensi. Yang termasuk plastic thermoset adalah : PU (Poly Urethene), UF (Urea Formaldehyde), MF (Melamine Formaldehyde), polyester, dan epoksi (Mujiarto, 2008).Plastik adalah salah satu polimer yang paling sukar terurai secara alami. Beberapa sumber menyatakan rata-rata plastik memerlukan waktu ratusan tahun untuk terurai secara alami. Sehingga masalah terbesar yang ditimbulkan dari kemasan plastik adalah masalah sampah. Sampah plastik menjadi salah satu polutan yang sangat mengancam kelestarian lingkungan. Sebagai contoh menurut www.reusablebags.com fakta mengenai permasalahan botol plastik antara lain adalah:
  1. Orang amerika membeli rata-rata 25 milyar minuman botol plastik per tahun dan 22 milyar botol akan berakhir di tempat sampah.
  2. Pembotolan air adalah pemborosan. Konsumen membayar $ 7 milyar untuk air botolan di amerika tiap tahun.
  3. 2,7, juta ton plastik dunia digunakan untuk pembotolan air tiap tahun.
  4. 1,5 juta barrel minyak digunakan untuk memproduksi botol plastik untuk amerika. Hal ini sama dengan bahan bakar untuk 100.000 mobil amerika untuk satu tahun.
  5. Botol air minum dapat menjadi karsinogenik jika digunakan lebih dari satu kali karena mengandung polyethylene terephthalate.
  6. Seperti semua plastik, botol akan terus bersama kita selamanya karena tidak dapat terurai secara biologis (non biodegradable). Botol akan terpecah menjadi serpihan kecil yang meracuni tanah dan air.
  7. Sampah botol akan menjadi polutan.
Sedangkan menurut sumber dari www.coolcitibag.com permasalahan utama plastik yang terkait dengan kelestarian lingkungan antara lain adalah:
  1. Tas plastik dibuat dari sumber daya alam yang langka yaitu minyak dan menciptakan polusi mulai dari pembuatan sampai pembuangannya. 120 juta barel minyak mentah , sumber alam yang tidak dapat diperbaharui, diperlukan untk produksi satu trilion kantong plastik setiap tahun diseluruh dunia.
  2. Plastik menimbulkan masalah sampah di jalan-jalan , sungai dan saluran air, pantai dan lingkungan kelautan. 47% sampah yang terbawa angin dari tempat pembuangan akhir, sebagian besar adalah kantong plastik
  3. Sekitar 80% sampah dilautan berasal dari daratan, dan hampir 90% adalah plastik. Dalam bulan Juni 2006 program lingkungan PBB memperkirakan setiap mil persegi ada 46,000 sampah plastik mengambang dilautan.
  4. Suatu laporan. Sampah Plastik Dilaut Dunia, oleh Greenpeace, menyatakan bahwa sedikitnya 267 jenis biota laut telah menderita dari jeratan atau mencerna sampah laut. Diperkirakan 1 juta burung laut menelan atau terjerat jaring plastik atau sampah lainnya setiap tahun.
  5. Kantong plastik dianggap sebagai produk yang dapat dibuang dan tidak hancur ditempat pembuangan. Diperlukan 1,000 tahun bagi plastik untuk terurai dan hancur.
  6. Hanya 0.6% s/d 1% kantong plastik yang dapat didaur ulang diseluruh dunia, sisanya tetap mengendap ditanah.
  7. Sampah plastik yang dibuang sem barangan menyumbat sa luran air dan menyebab kan banjir.
  8. Sampah tas plastik yang dibuang ke saluran air mengakibat kan genangan air yang menjadi sarang pembiak an nyamuk penyebab pe nyakit demam berdarah.9. Negara dan kota-kota yang telah melarang atau mengu rangi penggunaan kan tong plastik adalah San Francisco, Hong Kong, Singapura, Australia, Irelandia,Taiwan, Mumbai Scotlandia, Perancis, Tanzania, Switzerland, Denmark, Jerman, Afrika Selatan, Philippina.10. Pengenaan cukai sebesar 15 sen atas tas belanja plastik di Republik Irlandia telah menurunkan pemakaian nya sampai dengan 90%.
PermasalahanSampai saat ini, belum ada solusi yang benar-benar efektif dan efisien untuk menyelesaikan masalah polusi akibat sampah plastik. Usaha yang paling populer dilakukan adalah 3 R yaitu reduce, reuse, dan recycle. Reduce atau pengurangan merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk menekan penggunaan penggunaan plastik yang tidak ramah lingkungan. Hal ini telah banyak dilakukan dengan berbagai cara antara lain membawa tas sendiri saat berbelanja, mengganti kantong plastik dengan kertas. Selain itu juga dilakukan usaha-usaha untuk mecari bahan pengganti plastik yang lebih ramah lingkungan. Reuse atau penggunaan kembali merupakan langkah yang dilakukan untuk menekan penggunaan plastik yang merupakan sebuah pemborosan. Karena produk plastik merupakan sebuah produk yang awet dan tahan lama, produk plastik dapat digunakan secara berulang-ulang. Recycle atau daur ulang adalah sebuah langkah yang dapat diimplementasikan dalam skala besar. Daur ulang terbukti adalah sebuah langkah yang paling efektif dalam menekan sampah plastik saat ini. Tetapi daur ulang sampah plastik tidak begitu saja menyelesaikan masalah karena tidak 100% dari sampah plastik dunia berhasil melalui proses daur ulang.Selain 3 R, solusi penanganan sampah plastik adalah seperti kebanyakan sampah lainnya. Di negara maju proses pengolahan sampah dilakukan dengan incinerator yang dapat menghasilkan energi (listrik). Sedangkan di negara berkembang seperti Indonesia, kebanyakan pengolahan sampah masih menggunakan metode landfill tidak peduli apakah itu sampah organik atau sampah anorganik termasuk juga plastik. Tetapi proses pengolahan sampah dengan incinerator tidak dapat dikatakan ideal. Meskipun dapat menghasilkan energi listrik, incinerator juga menghasilkan emisi gas yang berasal dari pembakaran sampah yang dapat menyebabkan polusi udara. Sedangkan metode landfill terbukti sangat tidak efektif untuk mengurai sampah plastik.Untuk mereduksi penggunaan minyak dan gas sebagai bahan baku plastik, dalam perkembangannya plastik dibuat dari bahan-bahan sintetis. Tetapi hal ini tidak dapat mereduksi masalah sampah yang ditimbulkan oleh plastik.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan plastik sebagai bahan kemasan produk pangan berdampak besar bagi kelestarian lingkungan. Masalah terbesar yang ditimbulkan adalah masalah sampah plastik yang tidak dapat terurai secara alami dan dapat menjadi polutan bagi tanah dan air.Solusi masalah sampah plastik terbaik untuk saat ini adalah dengan metode 3 R, yaitu reduce, reuse, dan recycle. Karena pengolahan sampah menggunakan incinerator dapat menimbulkan masalah pencemaran udara.Perlu dilakukan upaya-upaya untuk mecari pengganti plastik sebagai bahan kemasan produk pangan yang lebih ramah lingkungan. Sebuah keputusan yang sangat logis mengingat produk industri pertanian memiliki shelf life yang sangat pendek jika dibandingkan dengan kemasan plastik yang dapat bertahan selama ratusan tahun.

Referensi
Mujiarto, Iman, 2008, Sifat Karakteristik Material Plastik, http://mesinunimus.files.wordpress.com/2008/02/sifat-karakteristik-material-plastik.pdf


dikirim oleh : ardian zzz (ardianzzz@gmail.com)
Ping your blog, website, or RSS feed for Free