Apa hubungan hari Bumi dan Kompos?
Sabtu, 21 Juni 2008
0
komentar
Dalam rangka hari Bumi, gw jadi smangat nulis lagi. Kali ini tentunya seputar kegiatan yg lagi asik gw lakukan belakangan ini.
Tp bukan kegiatan ini loh penyebab males updet, melainkan karena susah sekali mau updet foto kemarin-kemarin(alah alesyan!).
Hampir 3 bulan ini, gw mulai memilah sampah dirumah. Permulaannya hanya karena sebel liat tumpukan sampah menggunung(melebihi drum penampungan sampah) bila lebih dr 2 hari tidak diambil. Padahal truk sampah bisa 3 hari tuw ga ngambil sampah, terutama sabtu minggu. Arghhhhh!
Kalau dilihat isi drum tsb, kebanyakan daun2 kering & potongan rumput dari halaman rumah. Secara emang ada 3 pohon mangga(1 pohon sudah produktif, 1 pohon blajar berbuah, 1 pohon blm pernah berbunga samsek), 1 pohon mahoni, 3 pohon cemara dan puluhan bunga euphorbia dalam pot. Weleh... pantesan tu drum sampah cepet penuh.
Akhirnya, setelah beberapa kali mencari referensi. Kaya'nya pengolahan sampah skala rumah tangga harus mulai dijalankan.
1. Memilah sampah organik dan anorganik.
2. Belajar mengolah sampah organik.
3. Niat dan smangat yg membara :)
Mengolah sampah organik(daun2, potongan sayur, dll) ternyata gampang. Ada 2 cara yg udah gw coba.
1. Pakai Pot Bunga yg besar(Rp9000/bh)
Alas pot di beri kompos jadi (beli di penjual bunga/pupuk Rp 5000/3sak), lalu dimasukkan sampah2 organik, dicampur lagi dengan kompos jadi, dituangi air + MOL buatan sendiri (atau Em4 beli di toko2 pertanian Rp 15000/liter). Aduk rata, tutup kembali dengan kompos jadi. Tiap hari bisa ditambah sampah lagi, diulang pemberian air & MOL(atau EM4), diaduk, sampai penuh.
2. Pakai Karung (gak beli, bekas pembelian kompos jadi) Langkah2nya sama dengan pemakaian POT, hanya saja sampah + air + MOL(atau EM4) diaduk diluar karung(dalam pot besar), baru kemudian dimasukkan kedalam karung, karung diikat, dan tiap hari(kalo inget dan kalo ga' gi males hehehe) karung di tusuk2 dengan obeng yg agak panjang, sambil karung dibalik2. Kalau lagi nyiram kembang, karung suka gw siram juga :)
Pengisian kedalam karung terkadang baru aku lakukan setelah 2 pot besar penuh(3hari), biar ngaduknya sekalin gitu huekekeke... Padahal untuk mencegah bau sampah menyebar siy bagusnya tiap hari ya.
Ini karung yg udah diikat, makin lama isinya menyusut loh.
MOL = Mikro Organisme Lokal, ini sejenis aktifator kompos buatan sendiri. Membaca dari Blog Pak Sobirin, gw bikin MOL dr peyeum(atau tape singkong) + air gula(pasir). Takaran: 1 ons peyeum + air 1ltr + 5 sdm gula pasir. Aduk dan diamkan 4-5 hari dalam wadah tebuka. Dalam tulisan selanjutnya akan gw jelasin cara memperbanyak MOL.
EM4 = EM4 (Effective Microorganism 4), ini aktifator siap pakai. Banyak juga merek2 lain, cuman blm pernah coba.
Hasilnya?
Udah beberapa kali panen Pupuk kompos buatan sendiri. Awalnya memang lebih enak pakai pot besar, lama2 kok ya pot besar banyakan jadi tempat pengomposan ketimbang ditanami :P
Akhirnya pakai karung sajah, praktis. Pot besar jadi tempat penampungan & pengadukan sajah.
Ow iya, kalau punya ternak, kotorannya juga bs dimasukkan loh. Malahan memperkaya kandungan dalam Kompos katanyah(dr beberapa sumber yg aku baca). Gw siy ga punya ternak huekekekeke...
Ciri-ciri kompos yg sudah matang: gak panas(saat proses pengomposan suhu naik), sampah2 menjadi seperti tanah hitam & gembur, berbau tanah(bukan bau sampah).
Kompos uatan sendiri + sekam, ternyata jadi media tanam yg bagus untuk euphorbia2ku. Kemarin euphorbiaku sempet ga berbunga-berbunga padahal hujan udah jarang turun.
Setelah diganti media-nya(ada yg cuma ditambah aja medianya) pada rajin berbunga tuw... Ini buktinya :)
Ayo coba dunk dirumah masing2, terutama yg hobi tanaman. Lumayan drpd bli kompos atau pupuk terus-terusan.
Slamat mencoba, tetap semangat daaaaaan slamatkan Bumi kita :)
Program selanjutnya? Mau eksperimen membuat Kompos di lubang galian tanah & membuat Kompos Kascing(bekas cacing).
Labels: Kompos
--
dikirim oleh : Hotma Silaen
0 komentar:
Posting Komentar